Selasa, 31 Mei 2011

tugas tgl 1 juni 2011

ARUS KESADARAN BERAGAMA TERHADAP RUKUN IMAN

I. PENDAHULUAN
Tiap-tiap sesuatu yang kita imani kadang-kadang hanya sepintas lalu saja. Tetapi kadang-kadang juga dengan luas dan mendalam benar, sehingga tidak saja garis-garis besarnya, tetapi juga sampai garis kecilnya.
Semisal keimanan kita terhadap kejujuran Nabi Muhammad.Ada orang yang percaya kepadanya hanya sepintas lalu saja, disebabkan mukjizat-mukjizatnya, sedang ia tidak mengetahui tentang apa seluk beluk agama yang dibawa Nabi Muhammad itu. Orang yang demikian ini dikatakan imannya hanya sekedar beriman hanya dengan garis besarnya saja.
Iman seseorang yang baru mendapat teori berkat hasil pikirannya itu akan lebih puas dan yakin apabila teori yang didapat itu sering-sering dilakukan atau dipraktekkan. Dengan begitu sudah tentu teori-teori tersebut tidak akan mudah dilupakannya. Dan dengan melakukan teori-teori itu pula pendapatnya akan bertambah terang dan jelas baginya. Malahan apabila dia memperaktekkan dan mengerjakan teori-teorinya itu setiap saat, maka lambat laun ilmunya akan bertambah sedikit demi sedikit dan lama-lama akan menjadi banyak.
Kalau keimanan seseorang tadi sudah sudah benar-benar merasuk dan mendalam kedalam jiwanya, maka sulitlah dia melepaskannya, karena seolah-olah apa yang diimaninya tadi menjai tabia’nya.
Sebaliknya apabila dia lalai mengamalkan keimanannya tadi maka lambatlaun keimanannya akan hilang.demikianlah gambaran orang yang banyak membiasakan taat kepada Allah niscaya akan bertambah imannya, sebaliknya orang yang sering atau selalu meninggalkan perintah-perintah Allah tentu akan lemah dan kuranglah keimanan orang itu
II. RUMUSAN MASALAH
Gamanakah arus kesadaran beragama terhadap rukun iman secara existensial dan fungsional serta hikmah-hikmahnya terhadap manusia.

III. PEMBAHASAN
Keberagamaan menunjuk pada respons terhadap wahyu yang diungkapkan dalam pemikiran, perbuatan dan kehidupan kelompok. Dalam tipe pola keberagamaan ini setiap materi unsur dan bentuk hubungan sudah memiliki muatan yang berisi kekuatan-kekuatan mungkin sebagai potensi dan mungkin juga sudah dalam wujud aktual.,untuk membentuk kekuatan beragama. Unsur pertama adalah proses syahadat yang memang secara langsung menyentuh kebeneran islam. Dalam kondisi yang seperti ini maka peluang tumbuhnya khawathir yang berorientasi pada agama hanya merupakan produk otomatis dalam proses kesadaran seseorang.
Unsur lain yang benar-benar menentukan adalah tingkat kualitas dan bentuk penghayatan seseorang akan imannya kapada Allah SWT,
Dengan kondisi kejiwaan seperti tersebut di atas maka orang beriman sudah memiliki kekuatan yang besar untuk membentuk perbuatan atau perilaku beragama secara konkrit. Langkah berikutnya adalah proses tumbuhnya perbuatan praktis yang lebih bergantung pada fisik seseorang dalam kehidupan sosial. Jika ia memiliki sarana yang diperlukan, maka buahnya adalah satuan perbuatan atau perilaku konkrit, dengan bentuk dan wujud yang sesuai dengan syariat.

Praktek-praktek Rukun Iman secara existensial dan fungsional
1. Iman kepada Allah SWT
Iman kepada Allah mengandung makna bahwa individu meyakini ada Dzat Yang Maha Menciptakan dunia dengan segala isinya. Ia adalah Allah Yang Maha Esa, pembawaan (fithrah) beriman inilah yang menyebabkan individu sejak lahir cenderung ke hal-hal yang positif dan merasa resah dan gelisah ketika melakukan hal-hal yang negatif. Iman kepada Allah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan manusia sejak masih dalam kandungan.
Dadang Hawari (1999 : 431) menunjukkan bahwa salah satu kebutuhan utama manusia akan rasa aman dan terlindung. Rasa aman dan terlindungini tumbuh dan dirasakan manakala seseorang mendekat kepada Allah, yaitu ketika individu melakukan amar ma’ruf nahi munkar. Orang yang beriman selalu ingat kepada Allah, perasaannya tenang dan aman karena merasa terlindungi oleh Dzat Yang Maha Perkasa lagi bijak sana.
Hikmah iman kepada Allah swt :
a). Mendatangkan perasaan aman dan terlindung, karena merasa dekat dengan Dzat pemilik dunia yang sebenarnya.
b). Mendorong individu untuk selalu hal-hal yang baik kerena ingin selalu dekat dengan-Nya.
c). Mencegah individu melakukan perbuatan-perbuatan jahat.
d). Mencegah depresi, karena segala persoalan berat yang membebai dirinya telah diserahkan kepada Yang Maha Kuasa.
e). Mencegah individu dari kepribadian ganda, yaitu tunduk kepada Allah di satu sisi dan kepada selain Allah di sisi yang lain.
2. Iman kepada Malaikat-malaikat Allah
Iman kepada Malaikat adalah individu meyakini bahwa Allah mempunyai mahluk immaterial yang melaksanakan tugas-tugas dalam bidang tertentu, termasuk di dalamnya menyampaikan wahyu kepada para rasul dan mencatat amal perbuatan manusia. Mereka diciptakan dari nur, selalu patuh kepada Allah, tidak pernah berbuat dosa atau maksiat, tidak sombong dan selalu bertasbih kepada Allah. Ia selalu tunduk dan patuh melaksanakan perintah-perintah Allah, ia tidak pernah berkhianat terhadap segala perintah Allah yang ditugaskan kepadanya.
Dadang Hawari (1999 : 433) dalam tulisannya menyatakan bahwa keimanan terhadap malaikat sangat penting bagi individu mengingat, manusia dalam perjalanan hidupnya sering melanggar rambu-rambu moral dan etika dalam hubungannya dengan manusia lain. Pelanggaran pada gilirannya akan merugikan dirinya dan orang lain. Dengan keimanan kepada malaikat, manusia selalu merasa bahwa segala tingkah laku dan ucapannya ada yang mengontrol. Oleh sebab itu mereka selalu berhati-hati dalam bertindak dan berucap.
3. Iman kepada Rasul-rasul Allah
Iman kepada Rasulullah mengandung makna bahwa individu meyakini bahwa ada individu tertentu yang dipilih Allah sebaga RasulNya, dengan tugas membawa risalah bagi keselamatan manusia di dunia dan akhirat. Ia adalah manusia pilihan yang patut diteladani tingkah laku dan tutur katanya, karena apa yang dilakukan dan diucapkan adalah atas bimbingan Allah.
Dadang Hawari (1999 : 435 ) mengacu pada pengalaman di Negara-negara maju, akhirnya menyimpulkan bahwa pengalaman agama seperti yang dicontohkan oleh nabi Muhammad saw. Telah memberikan rasa tenang dan terlindung bagi para pemeliknya. Hal ini dimungkinkan karena apa yang dibawakan oleh Rosulullah bukan karena kehendaknya sendiri, tetapi atas kehendak Allah swt sehingga wajar jika membawa kesejukan dan kenyamanan bagi individu yang meyakini dan mentaatinya.
4. Iman kepada Kitab-kitab Allah
Iman kepada kitab Allah mengandung makna bahwa individu meyakini bahwa ada kitab suci yang diturunjan Allah melalui Rasul-rasul pilihanNya, salah satu diantaranya adalah Al-qur’an yang diturunkan kepada nabi Muhammad saw. Yang menjadi pedoman hidup bagi manusia sepanjang zaman, agar selamat di dunia dan akherat. Karena keyakinannya itu maka ia mencintainya, membacanya, menghafalnya, dan mempelajarinya sretiap saat, serta mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari secara ikhlas.
Al-qur’an adalah panduan hidup bagi manusi, ia adalah pedoman bagi setiap pribadi dan undang-undang bagi seluruh masyarakat. Di dalamnya terkandung pedoman praktis bagi setiap pribadi dalam hubunganya dangan Tuhannya, lingkungan sekitar, keluarga, dirinya sendiri, dengan sesama muslim, dan juga dengan non muslim baik yang berdamai maupun yang memeranginya. Individu yang mengikuti panduan pasti selamat dalam hidupnya di dunia maupun akherat.
Hikmah iman kepada kitab-kitab Allah bagi orang-orang yang gemar membaca dan mempelajarinya adalah :
a). Fithrahnya berkembang dengan baik.
b). Jiwanya tenang dan tentram.
c). Pikiran dan amalannya cenderung positif.
d). Jauh dari keraguan, dengki, dan takabur.

5. Iman kepada hari Akhir
Iman kepada “Hari Akhir” mengandung makna bahwa individu meyakini bahwa pada saat yang tidak diketahui secara pasti akan datang hari penghabisan dari hari-hari di dunia atau disebut pula sebagai “Hari kiamat”, pada hari itu bumi bergoyang mengeluarkan segala isinya, kemudian lenyap dan diganti dengan bumi yang lain, gunung-gunung pecah beterbangan menjadi pasir, langit terbelah hancur minyak, matahari digulung dan bintang-bintang berjatuhan. Pada saat itu amal setiap manusia baik atau buruk diperhitugkan dan mendapatkan balasan.
M. Quraish Shihab (2000 : 107) menunjukkan bahwa keyakinan akan datangnya hari kiamat mangantarkan manusia untuk melakukan aktivitas-aktivitas positif dalam kehidupannya, walaupun aktivitas itu tidak mendatangkan keuntungan materi dalam kehidupan dunianya. Dengan keyakinan akan datangnya hari kiamat mendorong manusia memiliki kontrol diri yang baik, yang timbul dari kesadaran bahwa apapun yang ia lakukan pasti akan mendapat balasan dari Allah. Jika seseorang telah memiliki kontrol diri yang baik, mereka tidak akan berani mengambil hak orang lain, tidak akan berani berbuat aniaya terhadap orang lain lantaran mereka yakin bahwa apapun yang mereka lakukan pasti ada balasannya, baik nampak atau tersembunyai, sedikit atau banyak.
Hikmah iman terhadap hari akhir
a). Apa yang dikerjakan manusia di dunia adalah dengan tanggung jawab penuh kepada Allah, yang akan dipertanggungjawabkan kelak di hari kiamat.
b). Meyakinkan manusia bahwa peraturan yang berlaku di dunia ini tidaklah kekal, yang kekal adalah peraturan dari Allah.
c). Setelah hancur alam yang ini, akan diganti yang lain, langitnya lain, buminya lain. Manusia akan ditentukan di surga atau neraka setelah diperhitungkan secara adil.
d). Memberi pandangan yang khas bagi orang beriman dalam menilai bahagia atau celaka, bahagia ternyata bukan orang yang hidup mewah berkecukupan dengan harta dan benda,tetapi orang yang bahagia adalah orang iman dan takwa di hadapan Allah.
e). Bisa jadi individu diperlakuakan tidak adil dalam kehidupan dunia, tetapi akan ada pengadilan yang sejati di hadapan Allah kelak.
6. Iman kepada Takdir Allah
Iman kepada takdir Allah mengandung makna bahwa ada ketentuan Allah yang pasti berlaku untuk setiap individu, apa yang diupayakan individu bisa terwujud hanya dengan izin Allah, musibah yang meninpa individu juga tidak mungkin terjadi tanpa izin Allah,. Individu yang telah mengimani takdir dengan penuh hati ridla menerima ketentuan Allah yang berlaku atas dirinya sambil terus menerus berikhtiar.
M. Quraish Shihab (2000 : 61) setelah menelusuri sejumlah ayat yang berhubungan dengan takdir akhirnya menyimpulkan bahwa :
a). Semua mahluk telah ditetapkan takdirnya oleh Allah, mereka tidak bisa melampaui batas ketetapan itu, dan Allah yang menuntun dan menunjukkan mereka arah yang seharusnya mereka tuju.
b). Tidak ada sesuatu yang terjadi di alam raya ini baik itu positif maupun negatif yang terjadi tanpa takdir Allah.
c). Semua peristiwa terjadi berada dalam pengetahuan dan ketentuan Allah.
d). Ada hukum-hukum Allah (sunnatullah) yang telah ditetapkan, kewajiban manusia adalah berupaya mengejar yang positif dan menghindar dari yang negatif.


Hikmah iman terhadap takdir Allah
1). Individu akan sadar bahwa ada batas-batas maksimal yang tidak mungkin dicapainya, dan hal itu sepenuhnya adalah hak Allah. Kewajiban manusia adalah berikhtiar sesuai kemampuannya.
2). Individu tidak mudah strees jika gagal dan tidak pula menyombongkan diri ketika sukses, sebab sukses maupun gagal sama-sama ketentuan Allah.
3). Menumbuhkan kesadaran pada individu bahwa ia harus selalu mohon petunjuk dan pertolongan Allah agar terhindar dari takdir yang negatif, dan di tunjukkan jalan memperoleh takdir positif.

IV. SIMPULAN
Pembawaan manusia sejak lahir adalah bersih, suci atau cendarung ke hal-hal yang positif. Kecenderungan berperilaku positif itu disebabkan karena sejak dari “bahan mentahnya” Allah telah mengaruniai fithrah berupa “iman” yaitu mengakui keesaan Allah dan tunduk kepadaNya. Jadi kita sebagai seorang mu’min, tidak hanya iman begitu saja tanpa dilandasi dengan perilaku-perilaku yang positif, maka iman kita tidak ada artinya, begitu juga sebaliknya apabila kita hanya melakukan perbuatan-perbuatan yang baik tanpa didasari keimanan maka perbuatan kita akan sia-sia. Maksudnya disamping kita beriman secara existensial juga harus secara fungsional dimana kita bisa merasakan manisnya iman.

V. PENUTUP
Demikian makalah yang dapat kami sampaikan. Tentunya masih banyak kesalahan baik dalam tulisan maupun dalam penyampaiannya, kami mohon maaf sebesar-besarnya. Kritik dan saran selalu kami tunggu guna untuk memperbaiki makalah-makalah kami selanjutnya. Dan semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua. Amin.........



VI. REFERENSI
 Prof Dr . H. Muslim A. Kadir M.A, 2003, Ilmu Islam Terapan, Pustaka pelajar : Yogyakarta
 Thahir, Taib 1986, Ilmu Kalam, Widjaya, Jakarta
 Sutoyo, Anwar,2009, Bimbingan dan Konseling Islami, Widya karya : Semarang

Tidak ada komentar:

Posting Komentar